Google

28 Februari 2008

Buka Dulu Topengmu…..



Hal kecil dan sepele jika dicermati dengan lebih mendalam dan seksama, akan menghadirkan sebuah sontakan pemahaman akan apa yang dilalui dalam jalan kehidupan. Infotainment dan acara hiburan di TV bagi kebanyakan orang mungkin masih menjadi sebuah perdebatan di wilayah Pro dan Kontra akan dampak yang dihadirkan oleh tayangan tersebut.

Disebuah toko buku mewah dan megah di bilangan Orchard Road Singapore, di rak buku-buku psikologi modern dan buku-buku personal development, tanpa disadari mata saya tertarik pada sebuah buku berukuran sedang, berwarna kuning agak kusam dengan kertas seperti kertas koran zaman dahulu, sebuah tulisan orang bule tentunya yang saya gak ingat siapa pengarangnya, tapi yang selalu terngiang dalam memori saya adalah judulnya yang sangat mengesankan “All I know I got from TV “

Dalam buku bagus tersebut bisa terbaca dengan jelas tontonan-tontonan yang kecil dan sepele jika dicermati dan ditonton dengan pikiran yang terbuka akan menghadirkan sejuta nilai dan hikmah untuk proses pembelajaran diri. Jangan disepelekan tingkah polah anak kecil nakal dan menyebalkan seperti Maruko itu hanya sebuah tontonan anak kecil saja, tapi bagi seorang dewasa itu bisa menjadi sebuah studi kasus nyata akan apa yang terjadi dalam interkasi keseharian kita. Apa sih isi cerita buku itu…. koq dibuat nGantung …

Pembaca yang budiman (saya yakin Pak Budiman juga lagi baca cerita ini), saya gak akan cerita isi buku si bule tadi, tapi itu buat saya bagus untuk sebuah ilustrasi provokatif untuk melicinkan jalan pikiran ini sehingga kan bisa menuntaskan tulisan ini dengan tuntas…tas….tas…dan tas …

Di sebuah acara infotainment yang tayang di salah satu TV swasta, personil group band kondang Peterpan, Luki memberi pernyataan kepada wartawan tentang kondisi fisik vokalis group band-nya Aril sedang drop dan ini sangat tidak terduga buat teman-teman satu groupnya, karena selama ini Aril terkenal dengan seorang pekerja seni yang ulet dan punya stamina yang prima. Banyak tur keliling kota bahkan keluar negara sekalipun yang dijalani, tidak pernah Aril se-drop kondisi nya saat ini.

Yang mengusik untuk dicari tahu adalah : ada apa dengan Aril apa konteksnya melihat sakitnya Aril dalam tulisan ini? Nah pembaca penasaran khan? Disinilah urgensinya tulisan ini saya “launching”, ada propaganda yang ingin diselipkan dalam cerita sepele cukilan infotainment tersebut. Kebetulan aja Aril yang hadir sebagai persona ilustratif dalam tulisan ini. Gak papa khan pembaca…..?

Ada korelasi yang sangat kuat antara ranah medis disatu sisi dengan ranah psikis di wilayah lain. Secara bukti ilmiah sangat sulit dipungkiri bahwa 85% kontribusi terbesar dari sakit fisik yang dialamai seseorang disebabkan oleh drop nya kondisi psikis orang tersebut, secara lebih detail itu bermuara pada kondisi pikiran yang sangat kacau dan tidak sehat. Nah…. premis inilah yang menguatkan saya untuk memunculkan muatannya dalam tulisan ini.

Menarik untuk mencermati kisah Aril dalam infotainment tadi. Sudah jamak kita tahu bahwa Aril Peterpen adalah salah satu artis sensasional yang ada di negeri ini. Kita bisa amati bagaimana perjalanan dan liku karirnya yang sangat sulit terhindar dari aroma sensasional. Melongok ke beberapa tahun silam, banyak sekali kisah-kisah jalan hidupnya yang menjadi sumber berita harian dan media elektronik di tanah air. Saya tidak akan sebutkan kisah-kisah sensasi apa saja yang telah dibeberkan ke kalayak oleh media, tapi saya yakin pembaca sudah punya arsip khusus tentang berita-berita itu semua. Bagi saya yang sangat menarik adalah pelajaran hikmah apa yang bisa dipetik dari kisah Aril itu. Mau tahu……?

Kalo mau jujur….. semua kita juga tidak terlepas dari pergulatan hidup seperti yang dilakoni Aril Peterpan, cuma bedanya liku hidup Aril jadi berita yang menjual dan digemari khalayak ramai sedangkan cerita kita cukup disimpan dan difahami dengan lebih mendalam dengan diri dan keberadaan kita sendiri. Betul khan pembaca…..?

Tubuh fisik kita hanya merefleksikan apa yang dimasukkan kedalamnya. Setiap aksi yang hadir dan dihadirkan dalam diri kita akan secara reflek menimbulkan reaksi bagi tubuh kita. Ada aksi yang sangat sensitive dan dahsyat dampaknya kepada tubuh kita yaitu hasil kerja pikiran. Pikiran bekerja tanpa kelihatan oleh hal indrawi, tapi dampaknya sangat dahsyat terhadap ketahanan ragawi. Apapun yang hadir dalam pikiran akan lansung memberi dampak pada reaksi tubuh fisik kita. Sebuah pikiran yang tenang dan teratur akan menghadirkan kenyamanan bagi tubuh fisik kita. Tapi…. Jika hal sebalknya yang diproduksi oleh pikiran kita…. maka goncangan hebat akan langsung mengenai ketahanan tubuh fisik. Gejolak inilah yang tengah terjadi dalam lakon kehidupan Aril saat ini. Amat banyak kejadian dan berita yang tidak sehat untuk kenyamanan pikiran nya yang muncul hampir tiap hari di media, sehingga sekuat apapun fisiknya, akhirnya batas kekuatan itu rapuh juga. Inilah awal dari dropnya kesehatan fisik.

Setiap lubang persoalan yang muncul dalam ladang kehidupan, mesti ditutup dengan sebuah jalan pemecahan. Bukan sebaliknya, seperti salah satu syair lagu Ndangdut…. tutup lobang gali lobang…. Hal itu juga bisa diterapkan dalam mensikapi sebuah persoalan hidup. Harga yang sangat mahal harus dibayar, jika sebuah masalah ditutupi dengan sebuah ungkapan atau pernyataan manis yang menipu, apalagi hanya karena kita bisa dan fasih bicara sehingga hal yang buruk bisa diungkapkan dengan sangat cantik dan menarik. Untuk sesaat kata-kata manis itu bisa menutupi masalah sebenarnya yang dihadapi, tapi sampai berapa lama kata manis itu bisa ampuh menutupi masalah yang sebenarnya?

Apa yang tejadi dengan Aril…sangat bisa difahami dan mudah sih sebenarnya menarik kesimpulan apa yang jadi punca penyebab dari drop nya kondisi kesehatannya. Tak lain dan tak bukan itu adalah harga yang mesti dibayarnya dengan sangat mahal karena seperti yang sudah banyak kita tahu bahwa Aril sangat lihai memberi pernyataan di media yang menggambarkan bahwa dia tidak punya masalah dengan siapa dan tidak ada masalah yang menderanya yang perlu dianggap serius. Akhirnya…….topeng sang pelantuan syair yang fenomenal itu pun terbuka sudah……

Dan pembaca sudah dapat kan pesan nya……..?

Green n Clean Toilet…….Mau ?


Seorang insinyur wanita Indonesia lulusan Amerika, dalam harian terkemuka ibu kota dikisahkan cukup pusing dan frustasi menghadapi sikap sebagian besar masyarakat kita ketika diajak untuk membuat sebuah perubahan. Tapi bisa dimengerti lho pembaca kenapa dan apa penyebab pusing nya sang insinyur tadi. Habis….. proyek yang dia tawarkan sih udah aneh, asing dan gak ngetop lagi. Pembaca mau tahu…. apa sih proyek yang digagas nya itu ?

Ijinkan saya dulu untuk mengulas lebih banyak lagi tentang liku-liku perjuangan sang insinyur tadi. Karena apa yang dialami Ibu insinyur itu bisa menjadi sebuah refleksi bagi kita untuk sampai pada sebuah pemahaman atas apa yang sedang terjadi di tengah keseharian hidup bermasyarakat kita .

Sama hal nya bagi kebanyakan kita, bahwa masalah sepele dan apalagi itu persoalan tentang keseharian yang sangat biasa dan sudah terbiasa kita lakukan setiap hari. Dimana lagi daya tarik dan nilai jual nya kalo masalah yang kecil itu pun mau dijadikan sebuah proyek. Mimpi aja kali… ato kurang kerjaan…. bisa aja muncul dalam pikiran dan sikap kita. Betul apa benar…..?

Sebuah titik balik terjadi ketika sang insinyur diundang dalam sebuah konferensi internasional di Tokyo dengan topic bahasan yang mungkin gila dan nyeleneh menurut pemahaman kita. Mau tahu apa topic nya itu ? ..... tak lain dan tidaklah luar biasa yaitu tentang K A K US alias toilet. Nah…..heran khan pembaca…..?

Tapi sekecil apapun isu itu bukti nya telah menjadi isu yang besar bagi negara-negara besar sehinggakan mau mengadakan hajatan besar dengan budget yang besar di negara sebesar Jepang. Mari kita coba menoleh ke negeri lain di luar negeri kita, paling dekat kita bertandang lah dulu ke Negara paling dekat dengan kita yaitu negara sebelah rumah, kecil tapi uangnya besar banget yaitu Singapura.

Kalo ke Singapura jangan ngelayap dulu ke Orchard Road, tapi kalo pembaca turunnya dengan kapal yang terbang atau dengan kapal yang melaju di laut. Mampirlah ke kakus yang ada di bandara ato terminal ferynya dulu. Sebuah hal sepele tapi bernilai besar akan nampak jika kita cermati bagaimana tata interior, kebersihan, warna dan layout kakusnya. Sungguh sebuah penataan yang dengan sangat terencana dan serius dipersiapkan. Bukan lagi hanya sekejadar tempat buang hajat seperti yang selama ini dilihat oleh kebanyakan kita. Dan tidaklah hal yang aneh juga jika di Negara yang maju seperti Singapura untuk sebuah toilet aja sudah ada standarisasinya atawa akreditasinya segala ( macam kampus aja pak cik ini ).

Apa yang yang telah dijalankan oleh Singapura telah pun menjadi sebuah magnit yang sangat kuat bagi negara-negara yang sedang mekarnya baik skala ekonomi maupun tingkat hidup dan kemajuan negaranya. China dan Qatar adalah sebuah contoh calon Negara maju dan makmur yang akan segera mengadaptasi apa yang telah dimulai oleh Singapura. Kedua Negara tersebut sedang giat menggalakkan gaya hidup sehat, maju, makmur dan yang paling tinggi nilai nya yaitu untuk meningkatkan budaya bangsa nya melalui kesadaran akan pentingnya sebuah toilet yang terjaga dan terencana. Toilet telah menjadi sebuah symbol baru bagi identitas sebuah bangsa yang makin beradab. Dimana negara yang memiliki toilet yang begitu terawat dan ramah lingkungan akan memberi nilai tambah bagi nilai bangsa itu bahkan bisa menjadi nilai yang menjual. Jangan salah pembaca…. Kekuatan budaya suatu bangsa menjadi komoditas komersial yang laku dijual dan pasti sangat disukai.

Bagaimana dengan toilet di negeri kita tercinta ?

Coba bangkitkan kembali kenangan pembaca ketika mengembara di pasar tradisional. Ketika sibuk menikmati sensasi pasar yang hiruk pikuk dengan lakon menjual dan membeli dan juga ditambah dengan sebuah syair dari Ahmad Albar…..” bercampur dengan peluh semua orang…..” cukup eksotik khan? Nah pada saat itu perut sakit melilit atawa kepengen……Ppp……is. Kuat gak membayangkan penderitaan sesaat itu. Kita buru-buru lari terbirit-birit untuk mencari sebuah sweet corner yang berlabel “ WC Umum lengkap dengan tarif yang detail, Mandi Rp 3.500, Buang Air Besar Rp 1.000 , Buang Air Kecil Rp 500. dan Main Air ….gak ada tarif nya. Puaslah kita dengan kondisi yang ada? mmm jawab sendiri ya. Jangan bilang siapa-siapa .

Begitu juga dengan beberapa Mall yang ada di negeri ini, ada sebagian Mall yang sudah mulai mau memanjakan pengunjung nya dengan melengkapi fasilitas toilet yang apik dengan kebersihan yang tertata. Tapi masih juga ada Mall yang mengutip bayaran kepada pengunjung yang akan menikmati fasilitas toiletnya. Cuma yang bikin kurang puas walau udah dibayar sekalipun tetap aja tidak memuaskan, kran air mampet , tisu berserakan di lantai, closet duduk yang malah bukan diduduki tapi diinjak dan lain sebagainya dan sebagainya. Inilah wajah per-Toiletan di negeri kita.

Pemahaman yang telah dipegang oleh Negara-negara dengan prinsip kekuatan budaya ditentukan oleh perilaku dari penduduk bangsa itu sendiri, telah memasuki ke wilayah yang lebih kecil dan menyangkut gerak hidup semua orang dalam sebuah komunitas suatu bangsa. Ditengah ancaman makin menurun nya ketersediaan alam untuk memberikan apa yang dibutuhkan oleh hajat hidup manusia banyak, air misalnya masihkah kita bisa mengabaikan bahwa rata-rata setiap orang dari kita, apakah ada yang tidak pernah ke toilet agak satu hari? Dan sadarkah kita bahwa banyak penyakit menular diekspor dengan media yang paling ampuh yaitu toilet. Atau kita belum berani mengakui bahwa persoalan sekecil toilet itu akan bisa menjadi pembunuh misal penduduk suatu bangsa? Coba aja kalo gak percaya kalo ada wabah diare…. terus toilet yang ada sangat buruk dan sudah bisa dipastika berapa bakal calon korban yang jatuh karena wabah yang menular itu. Mengerikan bukan…..? nah ada yang Mau untuk memulai mendandani toilet menjadi Green n Clean ?

27 Februari 2008

Hari Gini…….. Nggak Punya Idol ?

Putri saya Febby, yang masih duduk di kelas II SD sering bertanya kepada saya “ Pa, siapa ya yang nyanyi-in lagu gini : ku tak bisa jauuhhhh………..! “ , sangat berkesan baginya lagu yang dilantunkan oleh group anak muda Slank. Seperti itulah bagaimana kesan yang bisa ditangkap oleh seseorang, tentang apa saja yang mereka kagumi dari orang yang menjadi idolanya. Banyak pernik yang bisa membuat orang jatuh cinta kepada seseorang yang menjadi idolanya, bisa melalui peran di sinetron, lagu yang dibawakan oleh sang artis, otot kawat yang dimiliki oleh seorang Ade Ray bahkan goyang Ngebor yang menjadi ikon pribadi bagi Si Inul.

Simpati dan kesan adalah sesuatu yang bisa hadir dengan sendirinya , sama seperti tidak kita sadari datang nya angin sejuk yang bertiup segar ketika kita berada pada suatu tempat yang gerah dan puanas. Teman chat saya, seorang mahasiswa jurusan ilmu komunikasi di Bandung, dengan sangat antusias nya bercerita, tentang bagaimana “ excited” nya dia kepada seorang sosok si kumis kecil Adolf Hitler. Sungguh sangat tidak bisa difahami hanya sebatas nalar semata, seseorang yang dalam file sejarah bisa menjadi symbol yang gelap, tapi tanpa bisa seorang pun membatasi, jika sosok tersebut punya “aura” sebagai seorang idol, maka dia tetap saja akan jadi sebuah persona yang punya magnit tersendiri.

Saya seorang pengagum di ranah pemikiran dan personality, dan seorang Cak Nur adalah idola pencerahan saya. Jika ditanya kepada saya mengapa mengidolakan Cak Nur? ini bukan sebatas ketertarikan oleh pemikiran dan sikap santun almarhum yang lembut, tapi sosok yang ditampilkan nya membuka sebuah kesadaran baru bagi saya untuk bisa “ bagaimana caranya belajar untuk belajar “.

Saya yakin bukan saya sahaja yang mengidolakan almarhum, tentu banyak sekali pembaca yang juga merupakan Fans berat Cak Nur di ranah pemikiran, tapi apakah ada yang bisa bantu saya untuk menemukan, dimana kah kedai atau warung kopi yang menyuguhkan dan menyegarkan kembali ide dan pemikiran almarhum? Sebagai ajang curhat dan sekaligus media pencerahan pemikiran.

Adakah pembaca yang berminat untuk lesehan bersama sambil menyantap dan mengolah jalan ide dan pikiran Cak Nur?

PENCARIAN YANG TIADA AKHIR

Menghadapi mahasiswa Fresh Graduated, terasa berbeda dengan menghadapi dan berhadapan dengan mahasiswa yang telah senior, apalagi mahasiswa yang telah punya pengalaman kerja. Terkadang tiba- tiba muncul keinginan dalam diri ini untuk memilih jenis dan kualifikasi kelas yang akan dimasuki. Berharap dan lebih jauh lagi, ingin mencoba untuk memberanikan diri menempatkan diri khusus mengajar mahasiswa senior dan berpengalaman saja. Selang beberapa saat, muncul bisikan sang bijaksana untuk mengingatkan bahwa orang yang memilih-milih siapa, dimana dan bagaimana jenis orang yang akan dihadapi, adalah orang yang mempersempit ruang gerak pernafasan intelektualnya.


Muncul pertanyaan spontan dalam kesadaran diri , apa benar mahasiswa punya segmen pasar tersendiri, yang mana mereka hanya cocok dan accepted diajar oleh dosen dengan kriteria dan umur tertentu saja. Sehingga secara tak terduga, telah tercipta dengan sendirinya kapling-kapling dosen dengan identitas dan corak tersendiri. Ada yang cocok hanya untuk mahasiswa yang sangat amat baru, dilain kapling memang ada dosen dengan spesialis untu ngajar mahasiswa lanjut (bisa lanjut usia, bisa juga pengalaman yang telah berlanjut).

Bagi yang berjiwa muda dan berusia muda, tak jauh dari prediksi kita pastilah mereka punya segmentasi dan tingkat keterterimaan bagi yang muda , dan tentu dengan sendirinya bagi yang berwajah tua dan juga berumur tua, mereka akan langsung tertarik oleh lingkungan mahasiswa tua dan berpengalaman.

Perdebatan yang pasti dan akan muncul adalah : bisakah logika linear tersebut diatas terjadi? atau mungkin saja yang terjadi adalah sebuah logika bolak-balik, seperti halnya siang mendahului malam atau malam mengiringi siang. Inilah sebuah permenungan kebingungan yang coba saya lemparkan.

Banyak dan sungguh teramat banyak, hal yang terjadi seperti terbolak balik dalam perjalanan kehidupan ini. Ketika berada orang malah teringat dan merindukan suasana pada saat kekurangan. Ketika terjatuh dari licinnya lantai kehidupan, banyak yang berkhayal kalau-kalau masa kejayaan dulu masih bisa diulang kembali. Sebuah paradoksial hidup yang selalu bolak balik hadir dalam keseharian kita.

BIAR KU BAWA SAJA …………

Mendengar gonjang ganjing dan gosip nakal tentang selebritis kita, adalah sebuah kelaziman yang lazim adanya. Tapi ketika terdengar berita retak dan berakhirnya mahligai perkawinan artis senior Dewi Yul dengan aktor berwatak Ray Sahetapi, rasa dan sensitifitas ini terhenyak, bingung dan sulit dipahami.

Inilah sebuah kerja rumah rasa, simpati dan keprihatinan baru yang diahdirkan ditengah kegalauan dan kebingungan psikis masyarakat kita. Tak bisa dipungkiri, masyarakat kita telah begitu dalam dan terikat fanatis rasa simpatinya, kepada hidup, dan kehidupan para selibritis kita, terutama selebriti yang telah begitu merasuk di hati masyarakat kita seperti Mbak Dewi dan Bang Ray.

Sulit memang untuk memahami dan bisa dimengerti , begitu hidup sangat lihai dan cerdik memainkan emosi dan pikiran kita, sehingga saking terhanyutnya kita pada dunia diluar diri kita, terkadang kita seolah terlupa sesaat pada realitis di dalam diri kita sendiri. Apakah ini yang dinamakan sebuah solidaritas fanatisme ?

Saya sedang berandai, bahwa saat ini saya berada di dekat Mbak Dewi dan Bang Ray. Tak ada pertanyaan sebab akibat yang bisa saya ajukan. Kenapa, mengapa dan bagaimana berita ini ada dan keluar ditengah konsentrasi rasa sedang memikirkan hal yang lain? Sekali lagi sangat tidak dewasa jika pertanyaan ini yang saya munculkan kepada mereka berdua.

Dalam diam, pikiran saya selalu bertanya dan mencoba menjawab sendiri apa dan bagaimana hal ini bisa disikapi dan dijadikan sebuah PERMENUNGAN yang dalam dan sangat personal. Sungguh sebuah jawaban yang tak bisa tergambar dan tak terdengar dengan kenaifan sebagai seorang dewasa yang juga masih dalam perjalanan pencarian.

Dengan sangat hati-hati dan penuh penyadaran, sebuah pembelajaran hidup bisa juga masuk dalam pemahaman diri, dengan cara diam, hening dan penuh kesediaan untuk mendengar sang kehidupan bertutur tentang sebuah syair pembelajaran baru.

Kekuatan expresi dan mimik akting seorang Dewi Yul, dalam kancah dunia film dan sinetron tak ada yang meragukan. Diam- diam, kesadaran ini menangkap sebuah mutiara kata baru, yang keluar dari olah kata sang BINTANG, ketika diadakan jumpa pers dengan wartawan cetak dan elektronika. ya… sebuah kata AGAPE. Sang pelantun RINDU YANG TERLARANG, menggambarkan , sebuah rasa yang bertengger pada tingkatan diatas tingkatan kata CINTA. Saya tidak menyetuji poligami tetapi saya menghormati orang yang berpoligami. Tidak ada kata bekas ayah, bekas suami yang ada semua masih saling sayang dan saling memberi perhatian satu sama lain. Inilah sebuah ujian iman. Demikian barisan syair kehidupan yang dilantunkan oleh biduanita senior Indonesia.

Diseberang sana , terdengar tuturan kehidupan sang aktor kawakan Bang Ray Sahetapy. Ini adalah sebuah permasalahn yang harus dicari jalan keluarnya. Jika berita ini ada mengandung nilai pembelajaran bagi masyarakat, maka saya tidak keberatan untuk dimunculkan jadi berita. Tapi jika tidak ada nilai pembelajaran yang bisa diperleh masyarakat, maka biarlah kami membicarakan hal ini secara pribadi, untuk mencarikan jalan keluar terbaik.

Dua buah penuturan yang hadir didalam kesadaran dan pemahaman kita, tak sanggup untuk berkomentar apa pun juga, selain hanya diam dan hanya diam sambil terus mencari makna apa dari sebuah cerita yang dilakonkan oleh dua orang anak manusia, dalam perjalanan hidup dan proses pencarian.